Ulasan Film Kamulah Satu-satunya “obsesi, petualangan, dan cinta”

Ulasan Film Kamulah Satu-satunya “obsesi, petualangan, dan cinta”

 

Ulasan Film Kamulah Satu-satunya “obsesi, petualangan, dan cinta”

 

Obesesi

Lumrah bagi setiap orang memiliki obsesi, mulai dari terobsesi memiliki badan yang atletis, fotografi bahkan terobsesi bertemu dengan band idola. Terlebih masa remaja merupakan masa untuk mencari jati diri, dengan api yang berkobar-kobar dalam dada.

Seperti itulah sosok Indah (Nirina Zubir) dalam film Kamulah Satu-satunya. Remaja yang terobsesi bertemu dengan Band Idolanya Dewa-19. Film ini bercerita petualangan Indah untuk bertemu dengan band Idolanya Dalam perjalanannya Indah memiliki seorang teman yang cerdik, dan selalu bersedia membantunya bernama Bowo (Junior).

Indah anak SMA yang sangat terobsesi bertemu langsung dengan idolanya, selalu mengirim kartu pos sebanyak-banyaknya. Dengan harapan menjadi salah satu yang beruntung untuk bertemu dewa 19 di Jakarta. Meskipun gagal memenangkan tiket, ia tidak menyerah. Ia membujuk Elis sang pemenang tiket, dan akhirnya berhasil. Meskipun usahanya berhasil dengan mendapatkan tiket ternyata cara itu justru membuat kepergiannya ditolak Abah (Didi Petet).

Petualangan

Bowo yang diam-diam menaruh rasa dengan Indah rela untuk membantu Indah. Dengan bantuan Bowo, Indah berangkat ke Jakarta. Di Jakarta bukan perkara yang mudah berbagai tantangan dihadapi. Perbincangan Indah dengan seorang bapak di Bus bahwa Jakarta itu kejam sekan menjadi kenyataan. Sejak turun dari bus sang ia dan sang Bapak harus kecopetan. Bertemu dengan Frenky seorang penggemar Dewa, ternyata justru membawa kesialan. Tiket yang diusahakannya justri dirampas dan Ia ditinggalkan sendiri di Jakarta.

Namun Jakarta juga tidak selalu kejam. Alur cerita mempertemukan Indah pada orang-orang baik yang membantunya. Mulai dari panitia pembangunan masjid, kemudian sosok misterius yang memenaminya sampai daerah kemang. Usaha ini menyuguhkan petualangan yang menarik dalam mengejar obsesi

Cinta       

Lewat usahanya sampailah Indah di Kemang, lokasi manggung dewa 19. Disana ia juga mendapatkan tiketnya kembali dari Frenky. Sementara itu Abah yang merasa khawatir menyusul ke Jakarta bersama Bowo, hinga mereka sampai di Kemang. Ketika berusaha masuk ke lokasi panggung Dewa Indah yang sangat girang karena bertemu dengan band favoritnya justru menabrak property hingga tak sadarkan diri.

Setelah sadar Indah telah berada dirumah sakit, menyadari hal ini ia semakin kecewa dan marah karena gagal bertemu dewa 19. Seketika itu Abad dan Bojo datang, menyampaikan bahwa ada orang-orang yang benar-benar mencintai Indah yaitu Abah dan Bowo. Mendengar itu membuat indah merenungi kata-kata Abah, ia juga sempat membaca surat bowo untuknya. Ending film ini adalah ketika pihak Dewa 19, menawarkan Indah untuk menyaksikan Dewa 19 di lima kota. Namun karena Indah menyadari ada orang-orang yang mencitainya ia lebih memilih bersama Abah.

 

Sosok Indah dalam film ini cukup apik ditampilkan oleh Nirina Zubir, meskipun dari figur agak terlalu senior untuk usia anak SMA. Disisi lain peran abah yang diperankan Didi Petet sangat cocok dengan sifat protektif, selain sosok Bowo yang cukup mencuri perhatian. Plot cerita yang menggambarkan sisi lain dari Jakarta sangat menarik seakan menyuguhkan Jakarta versi undercover. Meskipun menggambarkan sisi lain Jakarta ditampilkan pula sisi kemanusiaan orang-orang Jakarta yang mau menolong secara ikhlas, seolah menjadi pemanis busuknya Jakarta. Menurut penulis sisi yang menarik film ini ada pada ending, dimana kesadaran Indah justru memilih cinta dari pada obsesinya bertemu dengan band Idolanya.

 

 

Rating              : 3.5/ 5 

Sutradara         : Hanum Bramantyo

Produser          : Daniel Rahmat, Reza Hidayat, Vena Annisa

Pemain             : Nirina Zubir, Didi Petet, Junior Liem,  Ringgo Agus, Fanny                                                             Fadhilah

Distributor       : StarVision Plus

Durasi              : 100 menit

Genre               : Sosial Budaya

Negara             : Indonesia

 

 

               

 

 


Komentar